HIDUPku KELUARGAku

Senin, 28 April 2008

Mentari tetap seindah kata mereka, namun tak demikian bagiku. Tapi walau tak indah, tak dapat dipungkiri, bahwa dia adlh salah satu ciptaan-Nya yg mengantarku di usia yg ke-15.“Re, slamat ulang tahun ya!”, ucap sahbatku Ayu.“Makasih Yu, aku seneng kamu masih ingat kalau hari ini aku ulang tahun!”“Ya ampun, Reni! Masa ultah temen sendiri aku lupa!” Kata itu hanya kutanggapi dengan senyum getir. Aku berharap pada-Nya ,”Satu hanya satu kali ya Tuhan!Aku mohon agar keluargaku ingat akan hari ini!” Namun kusadari, pinta itu tak mungkin dkabulkan. Bukan karena kluargaku tak sayang , tp mrek lbih memikirkan bagaimna mencukupi kebutuhan hidup mereka beserta kebutuhan sekolah aku dan adikku, belum lg kdua org tuaku hrs mrawat nenekku yg sring sakit”an. Maklumlah kluargaku bkan trmsuk kluarga yg brada.“Assalammu'alaikum!”“Wa'alaikum salam! Mbak Reni aku la-par!!!” Ucap adikku memelas“Lho Desi blum makan?” Tanyakusembari mlepas sepatu dan mletakkan tas di kursi.“Belum mbak!ibu nggak sempat msak td! Soalnya nenek pingsan!” TuturnyaSpontan wajahku kget, hatiku galau. Aku termenung sejenak,”Tuhan ringankanlah beban kelurgaku!” Bisikku dalam hati.“Mbak...!!Desi laper!” Rintih adikku membuyarkan lamunanku. Sesegera aku mmasak telor, karena pd saat inihanya telor dan nasi yg trsedia. Sematangnya telor, aku segra mengambil nasi dan kuhidangkan pd adikku. Ia memakan mkanan itu dgn lahap. Lamunanku kembali melayang “Tuhan, terma kasih atas karuniaMu, tak perna aku menyesali atas apa yg kau beri!” Lagi-lagi lmunanku buyar.“Mbak!!Ada apa ?kok Desi diliatin terus?” Tanyanya lugu. Entah mengapa air mtaku menetes. “Lho Mbak kok nangis? Desi yakin nenek pasti sembuh kok Mbak!” Kata'' Desi mmbwt air mtaku lg'' jtuh“Desi !..!” Kataku bergetir“Apa Mbak?”“Desi sekolah yg pinter ya!1 Biar bisa mbantu ayah ibu! Biar kita smua bisa tidur di kasur yg empuk!”“Iya Mbak! Nanti kalau Desi udah gede Desi pengen jadi arsitek, Biar bisa mbikinin ayah, ibu bak, ama nenek rumah! Jadi nggak perlu ngontrak lg Mbak!”BEBERAPA SAAT KEMUDIAN“Assalammu'alaikum!”“Wa'alaikum salam!” Jawabku dan Desi besamaan“Itu pasti Ibu, Des!”Segra aku dan desi menghampiri Ibu.“Lho Bu mana Nenek?” Tanyaku spontan ktika kulihat ibu tak brsama nenek“Ren bantu Ibu baju'' nenek ya!”“Lho, memangnya nenek dimana Bu?” Tanya Desi“Nenek sedang dirawat di tempat yg bagus des!” tutur ibuku mnenamngkan Desi, sambil mmbelai rambut rambut pendek Desi. Setelah kurasa pakaian nenek sudah siap, sgra barang'' nenek kuserahkan pd Ibu“Bu ini!!ehm...Aku boleh ikut nggak Bu?” tanyaku“Jangan Ren!Kamu di rumah aja sama Desi!jaga rumah ya!” Ucap ibu. Wajahku sketika lesu, tp Ibu sgara menyadari dan mnenangkan aku. “Ren!! Ibu bkannya nggak mau kmu ikut, tapi Ibu mohon Kamu bisa ngerti ya! Ibu duitnya nggak cukup!Kalau Reni ikut, nanti siapa yg njaga Desi? Siapa yg njaga rumah?kalau nanti rumahnya lari siapa yg ngejar?” canda Ibuku. Aku hanya tersenyum, skali lg kusyukuri karunia-Nya yg tlah menganugrahiku seorang Ibu yg sabar dan tak prnah mengeluh apalagi putus asa“Bu, ayah sudah tau kalau nenek masuk rumah sakit?” tanyaku“Sudah, tadi Ibu telepon ke pabrik ayah, ya udah Ren ibu berangkat dulu! Nanti Ibu mungkin pulang agak malem!”“Iya Bu!ati-ati di jalan Bu!” kucium tangan Ibuku lalu mlihatnya menghilang“Des, kamu tau nggak kenapa nenek pingsan? Tanyaku pd Desi“Tadi nenek bikin bumbu pecel Mbak! Katanya, nenek mau jualan, biar bisa mbeliin Desi baju! Abis gitu nenek ke kamar mandi, tapi jatuh!” ucapnya dgn mata berkaca -kaca. Hatiku nelangsa, aku bingung apa yg bisa kulakukan untuk membantu kluargaku. Yang trpkir saat ini adlh mmeluk adikku erat, agar ia sdikit tenang. “Mbak !nenek pasti sembuhkan?”“Ya, pasti! Pasti nenek sembuh! Desi harus yakin, tadi Desi sendiri yg bilang ke Mbak kalau Nenek pasti sembuh kan!”. Kutahan air mataku di pelupuk mata. Adzan Ashar berkumandang, sgra kutunaikan kwajibanku sbg seorang musliminSekitar jam 5 sore sepulang dari mengaji, kulihat sekerumunan org dgn pakaian serba putih, yg seolah menggerumuni sesuatu.Pikiranku melangkah pd hal yg plg kutakutkan, air mataku mengalir deras, aku berlari dan berteriak,”NENEK!!”Aku tak ingat apa-apa lg sketika,kecuali cahaya kuning dari suatu mobil serta bunyi bel yg sangat kencangKubuka mataku perlahan, pandanganku tertarik akan asal tangis yg sangat memilu. Ternyata Ibuku menangis di salah satu sudut ruangan didampingi Ayah. Aku duduk perlahan dan sgra kupandangi sekelilingku sekali lg, pandanganku terpaku pd wanita separuh baya yg memegangi sepiring nasi berisikan nasi pecel sambil menitikkan air mata“ Nenek, Nenek, Nenek nggak apa''?Nenek sudah sembuh?kok udah pulang dr rumah sakit?” sorakku, tp aneh nenek tetap menangis, Ibu terus meraung didekapan Ayah . Kali ini pandanganku jatuh pd gadis kecil berusia 10 tahun yg berkata,”Mbak, ayo bangun Nenek udah sembuh, Nenek mbuatin nasi pecel buat Mbak! Mbak hari ini ulang tahun kan? Selamat ulang tahun ya Mbak!!!Mbak ayo bangun, jangan tidur Mbak!!Mbak bangun!” ucapnya sambil menggoyahkan jasad yg terbaring di depannya

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Q sk' m critanya tp q lbh 5k' mHidpku keluargaku

sayy mengatakan...

okey..
yang ini lumayan...
memberiku kesan 80%...

yah tapi ko kayaknya aku pernah baca crita ni deh ka...
atw jangan2 sbelumnya kmu udah pnah kasi tw aq ttg cerpen ni pas smp????

oya cerpen ni jg sama ky 'mirror' kan..(maksudQ endingx)...

oke ka...sori lg2 commentQ gak mutu...ka perbaiki gaya bahasax ya.. biar lebih nyaman dibaca..
tp yg ky gni udh ckup oke ko....cmn byr lbh aman ajah!


kabari aq lg klo kamu bkin karya..oks...!!!!